Menulis Jurnal II UTS

Gadget, Mendekatkan Yang Jauh dan Menjauhkan Yang Dekat

Sember: Google

JAKARTA - Zahra Malita (20) yang sedang duduk di depan kelas  asik sendiri dengan gadgetnya, sementara teman-teman di sekitarnya sedang sibuk membahas Ujian Tengah Semester (UTS) yang sudah mereka lewati hari ini di depan kelas. Zahra begitu fokus pada gadgetnya, ia sedang mengedit foto yang akan ia unggah di Instagram Story tentang Ujian Tengah Semester yang di lewati hari ini.

Zahra atau biasa dipanggil Ara adalah seorang mahasiswa yang haus akan teknologi. Menurut Ara seiring perkembangan zaman, ia merasa semakin membutuhkan teknologi yang kian modern. Gadget tidak pernah lepas dari genggaman tangannya.

Ara mengaku ia memang seringkali asik sendiri dengan gadgetnya ketika sedang kumpul dengan teman-temannya. Dia sibuk update foto serta video untuk dia unggah di beberapa media sosial yang dia punya. Seringkali Ara mendapat teguran dari temannya karena suka asik sendiri. Namun teguran itu hanya seperti panggilan untuk Ara, lalu dia sibuk kembali dengan gadgetnya.

“Ya temen-temen gue jadi ngerasa saya ansos, ngerasa kayak saya anak yang suka nunduk, kayak apa apa difoto, apa apa update, gitu sih,” ujar Ara

Ara mengatakan bahwa dia merasa mempunyai dua dunia. Pertama dunianya di kehidupan nyata, kedua dunianya bersama isi dari gadget yang selalu dia bawa kemana-mana. Ara mengaku bahwa mulai nyaman dengan dunia gadgetnya karena tuntutan teknologi yang semakin canggih.

“Kalo saya sih ngerasanya kalo udah di hp tuh udah dunia saya yang lain gitu. jadi misalnya di dunia kenyataannya  saya kayak gini, kalo di dunia hape saya beda lagi. Jadi kayak saya punya dua dunia gitu deh.” Jelas Ara.

Tidak jauh berbeda dengan Ara, Jaka Indra (21) seorang mahasiswa mengalami hal yang sama. Terlalu penting baginya informasi yang ada di media sosial sehingga dia tidak mau ketinggalan informasi sedikit pun.

“Saya pribadi pun agak susah lepas dari gadget karena setiap detiknya informasi tuh up to date. Takut ketinggalan informasi,” kata Jaka.

Akibatnya dia terlalu fokus dan bisa dibilang candu gadget sehingga dia peka dengan kondisi atau situasi di sekitarnya. Jaka pun sering menerima teguran dari keluarga dan teman-temannya karena terlalu fokus dengan gadget sampai seringkali lupa dengan keadaan sekitar.

Marina (20) mengaku candu gadget berawal dari ketidak nyamanan dia terhadap lingkungan sekitar. Marina mengakatan jika ia sedang merasa tidak nyaman dengan keadaan sekitar hal yang dilakukannya adalah bermain gadget.

"Karena kadang saya suka ngerasa ngga nyaman sama sekitar saya, makannya saya asik sendiri sama kehidupan saya yang ada di hp saya," ucap Marina.

Namun ketika Marina sudah asik dengan gadgetnya, Marina bisa sampai tidak sadar dengan keadaan sekitar. Marina juga merasa punya dunia kedua ketika dia sedang asik dengan gadgetnya.

Sumber: Google


Perkembangan gadget yang semakin pesat memang harus diwaspadai , terutama dengan munculnya julukan pecandu gadget.  Seorang pecandu gadget akan sulit untuk menjalani kehidupan nyata, misalnya ngobrol. Perhatian seorang pecandu gadget hanya akan tertuju pada dunia maya dan bahkan jika pecandu dipisahkan dengan gadget maka akan muncul perasaan gelisah.

Selain gelisah hal yang dirasakan oleh pecandu gadget ini adalah berdelusi. Delusi adalah jenis gangguan mental di mana penderitanya tidak dapat membedakan kenyataan dan imajinasi, sehingga ia meyakini dan bersikap sesuai dengan hal yang ia pikirkan.

“Ya dia jadi ga punya temen, jadi berdelusi,” jelas Dianingtyas Murtanti Putri, M.Si
Berdasarkan data jurnal Gadget Mempengaruhi Perilaku Sosial dari http://www.academia.edu , Menurut salah satu pakar teknologi informasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dimitri Mahayana: sekitar 5-10 persen pecandu gadget terbiasa menyentuh gadgetnya sebanyak 100-200 kali dalam sehari.

Banyak dampak sosial yang negatif dari seorang pecandu gadget. Munculnya ketergantungan, dimana seorang sudah merasa nyaman dengan gadget yang digunakan, ia seolah-olah menemukan dunianya sediri dan merasa sulit untuk terlepas dari kenyamanan tersebut.

Selain itu pecandu akan mengalami Antisocial Behavior hal ini terjadi di mana ketika seseorang merasa gadget merupakan satu-satunya hal yang paling penting dalam hidupnya, sehingga ia melupakan keadaan di sekitarnya.

Dari cerita Ara dan Jaka dapat disimpulkan bahwa mereka sudah menerima dampak sosial dari kecanduan mereka terhadap gadget.

Ada pun cara menyikapi orang sekitar apabila mengalami hal yang sama seperti Ara dan Jaka. Tegurlah mereka ketika terlihat sibuk dengan gadget, ajaklah mereka berkontribusi saat sedang kumul dengan teman-teman, buat suasana yang kondusif agar mereka tidak mempunyai banyak kesempatan untuk sibuk dengan gadget.

“Mengikutsertakan dia untuk hangout bersama sama, dan jangan sungkan untuk menegur dan membuat kondisi yang kondusif,” ujar Dianingtyas Murtanti Putri, M.Si.

Candu pada gadget inilah yang membuat sesuatu yang dekat jadi jauh, dan yang jauh jadi dekat. Dilihat dari kasus Jaka dan Ara, mereka cenderung sibuk dengan media sosial mereka yang ada di gadget saat sedang bersama teman-teman nya.

Dari situ terbukti yang dekat jadi terasa jauh karena tidak adanya interaksi secara langsung karena salah satunya asik dengan gadget mereka. Begitu pula sebaliknya, yang jauh jadi terasa dekat karena kita terus bertukar informasi di media sosial bersama orang-orang yang jauh atau bahkan tidak di kenal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Poet Siput

Poet Siput